Penguatan Identitas sebagai Strategi Bertahan Warga Adat Sunda Wiwitan

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Febi Dwi Anggraeni
Rakhmat Hidayat
Abstrak

Paper ini bertujuan untuk menjelaskan strategi bertahan masyarakat AKUR Sunda Wiwitan dalam mempertahankan identitasnya dan menjelaskan bagaimana penguatan identitas yang dilakukan masyarakat AKUR Sunda Wiwitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mempertahankan identitas masyarakat AKUR Sunda Wiwitan, terdapat peran agen sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga yaitu mulai dari keluarga, komunitas maupun pendidikan. Kebertahanan masyarakat AKUR Sunda Wiwitan dapat dianalisis menggunakan konsep identitas budaya dari Stuart Hall. Identitas budaya setidaknya dapat dilihat dari dua cara berpikir, yaitu identitas budaya sebagai wujud (identity as being) dan identitas budaya sebagai proses menjadi (identity as becoming). Apabila dilihat dari posisi sebagai sebuah wujud, masyarakat AKUR memiliki identitas budaya dalam hal budaya bersama. Masyarakat AKUR memiliki sejarah leluhur yang sama serta simbol dan kode kebudayaan bersama, seperti bahasa, ritual, kesenian, atribut, dan yang lainnya. Selanjutnya, untuk identitas budaya sebagai proses menjadi (identity as becoming) dimaksudkan bentuk-bentuk identitas senantiasa berubah, seperti halnya masyarakat AKUR yang melakukan sebuah reorganisasi komunitas sebagai bentuk dari strategi bertahan, mulai dari ADS, PACKU, dan terakhir AKUR.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

Subjek
Sosiologi Etnis, Masyarakat Adat, Sosiologi Budaya, Identitas Sosial, Strategi Adaptasi
Disiplin Ilmu
Sosiologi, Antropologi
Referensi
  1. Barker, C. (2013). Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
  2. Ekadjati, E. S. (1995). Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
  3. Gumilang, N. (2013). Pikukuh Tilu: Pemaparan Budaya Spiritual. Bogor: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
  4. Hall, S. (1990). “Cultural Identity and Diaspora” dalam Jonathan Rutherfoerd (ed.). Identity: Community, Culture, Difference. London: Lawrence & Wishart.
  5. Hidayat, R. (2014). Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
  6. Hidayat, R & Marasabessy, F. (ed.). (2017). Perspektif Relijiusitas & Gerakan Sosial Komunitas ADS Cigugur, Kuningan. Jakarta: Labsos (Laboratorium Sosiologi) Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Jakarta.
  7. Hidayat, R. & Masturina, A. (ed.). (2017). Eksistensi dan resistensi Sunda Wiwitan di Cigugur, Kuningan, Jakarta: Labsos (Laboratorium Sosiologi) Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Jakarta.
  8. Hidayat, R., Siswono, E., & Yanuardi, M.H. (2020). Teaching Multiculturalism on the Grass Root Society: An Experience from Sunda Wiwitan Community in West Java, Indonesia. International Journal of Social Science and Humanity, 10(2), hal. 42-45.
  9. Hisyam, M. (2004). Agama Jawa Sunda dalam Ibu Qoyim (ed.). Religi Lokal & Pandangan Hidup. Jakarta: LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Press.
  10. Liliweri, A. (2009). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang.
  11. Royyani, M.F. (2004). Cigugur: Arena Kontestasi dalam Keberagaman. [Tesis]. Depok: Program Studi Antropologi, FISIP, UI.
  12. Suriani, dkk. (2016). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Jurusan Sosiologi, FIS, UNJ.
  13. Tendi. (2015). Sejarah Agama Djawa Sunda di Cigugur Kuningan 1939-1964. [Tesis]. Jakarta: Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam, UIN Syarif Hidayatullah.