Abstract
Penelitian ini mengkaji tentang permasalahan populisme sebagai ‘thin ideology' dan taktik politik yang menjadi salah satu pengaruh terhadap terjadinya intoleransi di Indonesia. Hal ini didorong oleh adanya disrupsi teknologi di abad ke-21 yang semakin masif, khususnya dalam media komunikasi berupa media sosial yang berujung pada efektifnya pengumpulan massa untuk membuat kubu politik dan menciptakan sekat-sekat sosial diantara masyarakat digital multikultural Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahaya populisme bagi masyarakat digital serta menawarkan solusi untuk menekan ancaman dari populisme itu sendiri. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif, dengan cara menganalisis data-data sekunder seperti jurnal ilmiah, artikel dan kanal berita elektronik serta komponen lain yang mendukung penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa populisme memiliki kaitan yang sangat erat dengan adanya intoleransi dalam masyarakat digital Indonesia. Dampak dari pengumpulan massa politik dimanfaatkan untuk membangun orasi citra ‘pahlawan’ yang peduli terhadap nasib rakyat disemati pesan-pesan berbau apokaliptik dan pesimistis yang merujuk kepada otoritas yang disebut elite melalui berita-berita hoax sebagai perantara. Karakteristik yang berupa populisme agama di Indonesia menjadi dominasi dalam kasus intoleransi serta isu radikalisme saat ini. Adapun solusi untuk mengurangi dampak buruk dominasi tersebut adalah meningkatkan literasi masyarakat digital, menerapkan strategi kebudayaan secara tepat sasaran, menegakkan kode etik jurnalistik, serta membangun sebuah regulasi yang jelas sesuai dengan teori efektivitas hukum oleh Soerjono Soekanto.
References
Jurnal
Dewi, D. K. & Triandika L. S.(2020). Konstruksi Toleransi pada Akun Media Sosial Jaringan Gusdurian. Jurnal Lentera, 1(14), 19–39.
Lee dalam Haboddin, M. (2019). Populisme, Politik Pertahanan, dan Pemimpin Lokal. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan Politik, 1(2), 173–180. Doi : http://dx.doi.org/10.33474/jisop.v1i2.4802
Herlina, L. (2018). Disintegrasi Sosial Dalam Konten Media Sosial Facebook.TEMALI?: Jurnal Pembangunan Sosial, 1(2), 232–58. doi : https://doi.org/10.15575/jt.v1i2.3046.
Lukmantoro, T. (2018, Juni). “Hoaks Serbuan TKA Dari Tiongkok : Kepanikan Moral dan Budaya Ketakutan”, LIPI, hlm. 31.
Madung, O. G. (2018). Populisme, Krisis Demokrasi, dan Antagonisme. Jurnal Ledalero, 7(17), 59–76. doi : http://dx.doi.org/10.31385/jl.v17i1.129.58-76
Merry, Keightley, & Daphi dalam Zahara, M. N., Wildan, D., & Komariah, S. (2020). Gerakan Hijrah : Pencarian Identitas Untuk Muslim Milenial di Era Digital. Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development (IJSED), 2(1), 52-65. https://doi.org/10.52483/ijsed.v2i1.21
Ritonga, A. D. & Adela, F. P. (2020). Mencermati Populisme Prabowo Sebagai Bentuk Gaya Diskursif Saat Kampanye Politik Pada Pemilihan Presiden 2019. POLITEIA: Jurnal Ilmu Politik, 12(1): 1-13.
Vredian, F. (2018). “Strategi Kebudayaan” dan Harapan Baru Perlindungan Keragaman dan Ekologi. [Online]. Diakses dari https://crcs.ugm.ac.id/strategi-kebudayaan-dan-harapan-baru-perlindungan-keragaman-dan-ekologi/
Berita/Majalah
Andriani, D. (2020). Kenapa Literasi di Indonesia Masih Rendah?.[Online]. Diakses dari https://m.bisnis.com/amp/read/20200520/220/1242989/kenapa-literasi-di-indonesia-masih-rendah.
Dhakiri dalam Arya, P. (2016). Isu Serbuan 10 Juta Pekerja China, Ini Datanya. [Online]. Diakses dari https://katadata.co.id/pingitaria/berita/5e9a56b0af949/isu-serbuan-10-juta-pekerja-cina-ini-datanya
Hasan, A. M. (2018). Jualan Isu Komunis & Hoaks WhatsApp, Bolsonaro Menang Pemilu Brazil. [Online]. Diakses dari https://tirto.id/jualan-isu-komunis-hoaks-whatsapp-bolsonaro-menang-pemilu-brazil-c8U9.
Kominfo. (2019). Temuan Kominfo: Hoax Paling Banyak Beredar di April 2019. [Online]. Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/18440/temuan-kominfo-hoax-paling-banyak-beredar-di-april-2019/0/sorotan_media.
Lopes, B. D. (2017). Why Is Neoliberalism Back In Latin America ?. [Online]. Diakses dari https://www.aljazeera.com/opinions/2017/7/15/why-is-neoliberalism-back-in-latin-america
Ludwianto, B. & Fikrie, M. (2020). Riset: 64% Penduduk Indonesia Sudah Pakai Internet. [Online]. Diakses dari https://kumparan.com/kumparantech/riset-64-penduduk-indonesia-sudah-pakai-internet-1ssUCDbKILp.x
Moqsith dalam Mata-Mata Politik. (2019). Harus Dihapuskan, Kata ‘Kafir’ Mengandung “Kekerasan Teologis”. [Forum Online] dari https://www.matamatapolitik.com/polling-news-harus-dihapuskan-kata-kafir-mengandung-unsur-kekerasan-teologis/
Muri D. (2017). Let The People Rule ! : Definition and Theories of Populism. CIDOB Report, 1(1) 9-13.
Nurita, D. & Amirullah (2019). Ijtima Ulama PA 212: Dari Gerakan Agama, Politik, Balik ke Agama. [Online]. Diakses dari https://nasional.tempo.co/read/1231968/ijtima-ulama-pa-212-dari-gerakan-agama-politik-balik-ke-agama
Subarkah, L. (2020). Intoleransi di DIY Meningkat 5 Tahun Terakhir, Ada Motif Politik Hingga Ekonomi. [Online]. Diakses dari https://m.harianjogja.com/jogjapolitan/read/2020/09/06/510/1049119/intoleransi-di-diy meningkat-5-tahun-terakhir-ada-motif-politik-hingga-ekonomi.
Vredian, F. (2018). “Strategi Kebudayaan” dan Harapan Baru Perlindungan Keragaman dan Ekologi. [Online]. Diakses dari https://crcs.ugm.ac.id/strategi-kebudayaan-dan-harapan-baru-perlindungan-keragaman-dan-ekologi/
Buku
Abercrombie, N. & Longhurst, B. (1998). Audiences: A Sociological Theory of Performance and Imagination. SAGE Publications Ltd.
Traverso, E. (2019). The New Faces of Fascism : Populism and the Far Right. London & New York : Verso
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
IJSED memiliki Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0 (CC-BY) atau lisensi yang setara yang mengizinkan penggunaan non-komersial yang tidak terbatas, distribusi dan reproduksi dalam media apapun. Istilah lisensi ini adalah lisensi optimal untuk publikasi, distribusi, penggunaan, dan penggunaan kembali karya ilmiah.