Pola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola GacorPola Gacor

Selamat Datang

di website Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development (IJSED)

Abstrak

Abstrak 


Perempuan yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan seringkali mengalami diskriminasi dan stigma negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini dapat menimbulkan ketidakamanan atau "insecurity" terhadap tubuh, dan dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan mental dan fisik individu. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana beauty standards dapat mendiskriminasi mahasiswa perempuan di Kota Banjarmasin. Serta untuk memahami, memaknai, dan mengedukasi konsep self acceptance pada perempuan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Lokasi penelitian berada di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Terdapat 14 (empat belas) informan dalam penelitian ini yang terdiri dari 8 (delapan) informan kunci yang merupakan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Banjarmasin dan 6 (enam) informan pendukung yakni masyarakat asli Suku Banjar yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang kecantikan tradisional Banjar, Budayawan Banjar, dan Psikolog. Kendati konsep kecantikan mempengaruhi citra tubuh dan kepercayaan diri perempuan, tidak semua perempuan setuju standar kecantikan tersebut. Perempuan yang menolak standar kecantikan memilih mengambil langkah untuk memperkuat kepercayaan diri mereka sendiri, seperti mengekspresikan diri melalui sesuatu yang disukai dan menggali value dalam diri. Penting bagi masyarakat untuk menghargai keragaman tubuh dan kecantikan perempuan guna mengurangi diskriminasi dan meningkatkan rasa aman serta penerimaan bentuk tubuh perempuan. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwasanya masyarakat asli Banjar meyakini kecantikan perempuan yang dilihat dari aura yang dipancarkan, selanjutnya untuk tampilan luar berupa fisik hanya sebagai pendukung. Hal inilah yang disebut sebagai “babustan tujuh” dalam istilah Banjar, yakni suatu nilai yang ada pada diri perempuan yang sukar ditemukan pada perempuan pada umumnya.


Abstract


Women who are not accordance with beauty standards often experience discrimination and stigma. This condition cause "insecurity" to the body, and detrimental impact on the mental and physical health of individuals. The purpose of this study to find out how beauty standards can discriminate against female students in Banjarmasin City, as well as to understand, interpret, and educate the concept of self-acceptance in women. The method is qualitative approach with phenomenological. The study conducted in Banjarmasin City, South Kalimantan, and involved 14 informants. These consisted of 8 key informants, female undergraduate students from various universities in Banjarmasin City, with 6 supporting informants, including members of the indigenous Banjar community with expertise in traditional Banjar beauty practice. Also, a Banjar cultural expert, and a psychologist. The concept of beauty affect women's body image and self-confidence, not all women agree on these beauty standards. Women who choose rejecting beauty standards show their own confidence. It is important for society to appreciate variousity women's bodies and beauty to reduce discrimination and increase security, including acceptance of women's body shapes. As believed by the indigenous people of Banjar, main female beauty is seen from the aura emitted, then supported by external appearance. This is what is referred to as “babustan tujuh” in Banjar terms, which is a value that exists in women that is difficult to find in general women.

Referensi

Aprilianty, S., Komariah, S., & Abdullah, M. N. A. (2023). Konsep Beauty Privilege Membentuk Kekerasan Simbolik. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 9(1), 149. https://doi.org/10.32884/ideas.v9i1.1253

Aprilita, &. L. (2016). Representasi Kecantikan Perempuan dalam Media Sosial Instagram (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Akun @mostbeautyindo, @bidadarisurga, dan @papuangirl). Paradigma, 4(3).

Caldas-Coulthard, C. R. (2020). Discourse, power and access. In Texts and Practices. Routledge.

Chae, J. (2019). Youtube Makeup Tutorials Reinforce Postfeminist Beliefs Through Social Comparison. Media Psycology, 24(2).

Chairani, L.-. (2018). Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis. Buletin Psikologi, 26(1), 12–27. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.27084

Hastan, V. F., & Sukendro, G. G. (2022). Kreativitas Influencer dalam Mengampanyekan Self Love untuk Kesehatan Mental di Instagram. Prologia, 6(1), 25. https://doi.org/10.24912/pr.v6i1.10256

Kristine, &. S. (2023). Representasi Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Film Tall Girl. Interaksi Online, 11(1).

Lazarus, R. &. (1984). Stress Appraisal and Coping. Springer Publishing Company.Inc.

Rizkiyah, &. A. (2019). Strategi Coping Perempuan terhadap Standarisasi Cantik di Masyarakat. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama, Dan Jender, 18(2).

Sukisman, J. M., & Utami, L. S. S. (2021). Perlawanan Stigma Warna Kulit terhadap Standar Kecantikan Perempuan Melalui Iklan. Koneksi, 5(1), 67. https://doi.org/10.24912/kn.v5i1.10150

Sunarto, S. (2014). Stereotipasi Peran Gender Wanita dalam Program Televisi Anak di Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(3).

Lisensi

Creative Commons License

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.

IJSED memiliki Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0 (CC-BY) atau lisensi yang setara yang mengizinkan penggunaan non-komersial yang tidak terbatas, distribusi dan reproduksi dalam media apapun. Istilah lisensi ini adalah lisensi optimal untuk publikasi, distribusi, penggunaan, dan penggunaan kembali karya ilmiah.

Artikel Serupa

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama